BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Keperawatan
merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan terlibat
dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan
kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri
juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi
terkini dari keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang
ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat
maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren
praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat,
hal ini disebabkan oleh :
· Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh
semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat,
· Perkembangan era globalisasi yang
menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan
keperawatan di negara yang telah berkembang ,
· Sosial ekonomi masyarakat semakin
meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas
tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan
kesehatan yang murah dan terjangkau.
Sejauh ini, bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang di kenal
masyarakat dalam system pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan
rawat jalan. Pada sisi lain, banyak anggota masyarakat yang menderita sakit dan
karena berbagai pertimbangan terpaksa di rawat di rumah dan tidak di rawat inap
di institusi pelayanan kesehatan, seperti kasus-kasus penyakit terminal, keterbatasan
kemampuan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit
yang berorientasi pada profit, banyak orang merasakan bahwa di rawat inap
membatasi kehidupan manusia, lingkungan di rumah yang dirasakan lebih nyaman (
Depkes RI,2002 ). Maka
dari itu dalam
makalah ini kami membahas trend dan issue kesehatan keperawatan komunitas
tentang home
care (Home Health Care),
perawatan keluarga dan pondok kesehatan desa.
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang
home care / home health care?
2. Bagaimana konsep tentang
perawat keluarga?
3. Bagaimana konsep tentang
ponkesdes?
2.3 Tujuan
1. Agar mengetahui tentang
konsep home care/home health care.
2. Agar mengetahui tentang
konsep perawat keluarga.
3. Agar mengetahui tentang
konsep ponkesdes.
2.4 Manfaat
1. Mengetahui tentang konsep
home care/home health care.
2. Mengetahui tentang konsep
perawat keluarga.
3. Mengetahui tentang konsep
ponkesdes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Komunitas dan Kesehatan Masyarakat
Komunitas adalah kelompok sosial yang
tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal
serta mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan
yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas
adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling
berinteraksi
(Mubarak, 2007).Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari
keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan
peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim
kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat
adalah individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan
primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong
semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya
sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth, 2007). Peran serta masyarakat diperlukan dalam
hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan
pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga
dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
2.2 Konsep
Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk
pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif,
ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan
sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Asuhan keperawatan diberikan karena
adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang
kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara
mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya
pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang
mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai
dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan
masyarakat dijelaskan bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan
masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara
aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri
dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan
yang diberian dari luar suatu institusi yang berfokus pada masyarakat atau
individu dan keluarga (Elisabeth, 2007).
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus
mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan
manfaat yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan
bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta
fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau
tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan
yang ada (Mubarak, 2005).
`Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan
dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien
dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
Ø Individu
sebagai klien
Individu adalah
anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,
social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
Ø Keluarga
sebagai klien
Keluarga
merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar
manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
Ø Masyarakat
sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan
terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan
komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan
kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan (Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup
sehat,
pendidikan
kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok
(Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat
sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu:
individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam
melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan
masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:
perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan
pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba
menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau
kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan
inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang
ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam
mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan
strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide
baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan
dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya
untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat
(Elisabeth, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah
individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit
yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini
terdiri dari :
§ Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai
kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran
perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian pasien/klien.
§ Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan
erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan
lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar
Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
§ Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
§ Tingkat
Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu,
keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan
untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas,
asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai
klien.
2.3 Konsep
Masalah Kesehatan Komunitas
Ø Kesehatan Lingkungan
Lingkungan
dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana
organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun
tidak langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari
organisme tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan
lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005),
lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi,
2009).
Kesehatan
lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimal pula (Efendi, 1998).
Dalam
mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah menggalakkan Program
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Merupakan Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di
bidang sanitasi. Program Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI
pada Agustus 2008.
Tujuan
dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah
menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan
pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu
komunitas:
§ Tidak buang air besar (BAB)
sembarangan.
§ Mencuci tangan pakai sabun.
§ Mengelola air minum dan makanan yang
aman.
§ Mengelola sampah dengan benar.
§ Mengelola limbah cair rumah tangga
dengan aman.
Menurt
WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
§ Penyediaan air minum
§ Pengelolaan air buangan (limbah) dan
pengendalian pencemaran
§ Pembuangan sampah padat
§ Pengendalian vector
§ Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah
oleh ekskreta manusia
§ Higiene makanan, termasuk higiene
susu
§ Pengendalian pencemaran udara
§ Pengendalian radiasi
§ Kesehatan kerja
§ Pengendalian kebisingan
§ Perumahan dan pemukiman
§ Aspek kesehatan lingkungan dan
transportasi udara
§ Perencanaan daerah dan perkotaan
§ Pencegahan kecelakaan
§ Rekreasi umum dan pariwisata
§ Tindakan-tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana alam dan perpindahan
penduduk
§ Tindakan pencegahan yang
diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut
pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan ruang
lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
· Penyehatan air dan udara
· Pengamanan limbah padat atau sampah
· Pengamanan limbah cair
· Pengamanan limbah gas
· Pengamanan radiasi
· Pengamanan kebisingan
· Pengamanan vektor penyakit
· Penyehatan dan pengamanan lainnya
seperti pada situasi pasca bencana
Ø Perilaku Masyarakat
adalah respon individu terhadap suatu stimulus
atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku
kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta
lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau
perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice).
Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni:
sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan,
2010).
Perilaku
yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan, 2010),
yaitu:
§ Perilaku yang terwujud secara
sengaja dan sadar
§ Perilaku yang terwujud secara tidak
sengaja atau tidak sadar
Ada
perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja
atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).
2.4 Trend
Issue Keperawatan
Komunitas
Keperawatan
merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan terlibat
dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan
kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri
juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi
terkini dari keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang
ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat
maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren
praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat,
hal ini disebabkan oleh :
· Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh
semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat,
· Perkembangan era globalisasi yang
menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan
keperawatan di negara yang telah berkembang ,
· Sosial ekonomi masyarakat semakin
meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas
tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan
kesehatan yang murah dan terjangkau.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Konsep Home Care / Home
Health Care
3.1.1
Definisi Home Care / Home Health Care
Menurut Departemen Kesehatan (2002)
menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit.
Menurut Sherwen ( 1991 )
mendefenisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian integral dari
pelayanan keperawatan yang di lakukan oleh perawat untuk membantu individu,
keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang mereka hadapi.
Sedangkan menurut Stuart ( 1998 )
menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian dari proses
keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (
discharge planning ), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit.
Perawatan di rumah ini biasanya dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit
semula, perawat komunitas dimana klien berada, atau tim khusus yang menangani
perawatn di rumah.
Menurut
Neis dan Mc Ewen (2007) The
term home health care describes a system in which health care and social
services are provided to homebound or disabled people in their homes rather
than in medical facilities (U.S.Department of Commerce and International Trade
Administration, 1990). Maksudnya adalah sistem dimana pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah kepada orang-orang yang cacat
atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena kondisi kesehatannya.
Home
Health Care is that component of a continuum of comprehensive health care,
where by health services are provided to individuals and families in their
places of residence for the purpose of promoting, maintaining or restoring
health, or maximing the level of independence, while minimizing the effects of
dissability and illness. Services appropriate to the needs of the individual
client and family are planned, coordinated, and made available by providers
organized for the delivery of home care trough the use of employed staff,
contractual arrangements, or a combination of the two patterns (Warhola, 1980). Maksudnya, Home Health Care adalah
komponen dari sebuah kontinum pelayanan kesehatan yang komprehensif, di mana
dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka untuk tujuan mempromosikan, memelihara atau memulihkan
kesehatan, atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan meminimalkan efek kecacatan
dan penyakit. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien individu dan
keluarga yang direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh penyedia
diselenggarakan untuk mempekerjakan staf melalui home care, pengaturan kontrak, atau
kombinasi dari dua pola tersebut (Warhola, 1980).
Health care secara pribadi
masih diutamakan penyakit dan orientasi
pengobatan dan mempunyai keutamaan dalam terapi medisnya. Meskipun The American Medikal Association (AMA) dan
organisasi kesehatan lain mendorong
orang-orang untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin yang bertujuan untuk
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kebanyakan asuransi pribadi
tidak mengadakan pemeriksaan fisik secara rutin, sehingga biaya yang harus
dikeluarkan oleh klien sangat mahal.
Dibidang
masyarakat umum pengiriman layanan health care terlihat lebih baik. Mendapatkan
upah dari pelayanannya namun hal tersebut meliputi bermacam-macam pegawai dan
tenaga kesehatan yang sukarela yang tentang menyebarluaskan, mendorong promosi
kesehatan dan pendidikan umum tentang pemeliharaaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Ada banyak jenis program skrining, beberapa diantaranya dari
pemerintah dan yang lain dari yayasan pribadi untuk mendeteksi
penyakit-penyakit tertentu. Sebagai contohnya jenis skrining yang telah
dilakukan oleh departemen kesehatan, pengadaan klinik untuk lansia oleh
komunitas lanjut usia (Margot, 1983).
Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai
sejak sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit
infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu telah banyak
didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini
dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang
secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat terlatih
di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah
pada keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan
prevensi untuk melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri
yang melakukan asuhan keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman
D. & Eric B.L, 1993).
Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home
Care terus meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan
oleh organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan
pemerintah, kemudian berkembang layanan yang berorientasi profit (Proprietary
Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi
seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat
dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di
berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang
merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing (Allender & Spradley,
2001)
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama
pertengahan abad 19, dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang pada
awalnya dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang miskin yang sakit
dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan menengah ke bawah
untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati tersebut
(Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini
terus berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN)
adalah :
Ø merawat orang sakit dirumah, sampai
klien mampu mandiri
Ø merawat orang sakaratul maut dirumah agar
meninggal dengan nyaman dan damai
Ø mengajarkan ketrampilan keperawatan
dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan pada saat kunjungan
perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health
Visitor (HV) yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran
lain ialah :
Ø melakukan penyuluhan dan konseling
pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam upaya pencegahan penyakit dan
promosi kesehatan
Ø memberikan saran dan pandangan
bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi setempat.
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan
merupakan hal yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan
oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan melalui
kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan hal biasa sejak dahulu
kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan maternitas, dimana RS
Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di
Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan program
Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam layanan “Partus Luar”,
bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal
dirumah pasien, kemudian diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa
bidan senior (kandidat) sampai tali pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun
siswa bidan yang melaksanakan tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus
membuat laporan tertulis kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan
yang telah dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan
Depkes yang memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.
3.1.2
Model/ Teori Keperawatan yang Mendukung Home Care
Menurut
Hidayat (2004), Model / teori keperawatan yang mendukung home care
antara lain :
1)
Teori Lingkungan
(Florence Nightingale)
Lingkungan
menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi
proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan
terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi
a.
Udara bersih,
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan
e. Penerangan/pencahayaan
Nightingale
lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan
psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya.
Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika
ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji
keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji
fisik/tubuhnya.
2)
Teori konsep manusia sebagai unit
(Martha E. Rogers)
Dalam
memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa manusia merupakan
satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda – beda.
Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam proses kehidupan
manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia
diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut
didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia
dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh
serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri
dari integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai satu
kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling mempengaruhi
satu dengan yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses kehidupan antara
individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang
bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya interaksi antara manusia
dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan – lahan maupun
berlangsung dengan cepat.
Menurut
Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang
sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers,
1979 Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup.
Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.
3)
Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger
percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan yang berbasis
pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan prinsip ”care”
dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola
hidup memberikan landasan yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan
implementasi yang efektif terhadap pelayanan pada kultur tertentu. Dia meyakini
bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara pandangan dunia, struktur
sosial dan keyakinan kultur (orang biasa dan profesional) terhadap kesehatan,
kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat bekerja dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama
lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan
adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada ”care” dan mempengaruhi
kesejahteraan dan kondisi sakit.
4)
Theory of Human Caring (Watson,
1979)
Teori
ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi
pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk
sembuh. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat
cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar
biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan,
kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan
fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual,
kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal
(kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
5) Teori Self Care
(Dorothea Orem)
Pandangan
teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk
teori Self Care, di antaranya :
a. Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif
dari individu serta dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi
serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam
waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat
dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care
merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri
sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia
serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisites
terdiri dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care Requisites (kebutuhan
universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care
Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health
Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam
perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada
saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak
mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self
care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan
dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya
bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi
support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta
mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
6)
Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan
koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang ditetapkan oleh pasien.
3.1.3 Landasan Hukum Home Care
Ø Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :
·
Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
mana yang sesuai dengan hukum
·
Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
·
Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri
·
Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Ø Landasan hukum :
·
UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
·
UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
·
UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
·
PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
·
PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
·
PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter,
dokter gigi, apoteker, ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes,
entomology kes, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh kes masy, perawat
gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam medis, dan teknisi
elektromedis
·
SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan
fungsonal perawat.
·
Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan
dasar puskesmas
·
Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman
penyelenggaraan Perkesmas.
·
Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan
Nasiona
·
Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap
reformasi kes.masy.
·
Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik
swasta
·
Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan
penyelenggaraan praktik keperawatan
3.1.4
Tujuan Perawatan Kesehatan di Rumah
·
Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan
dan kualitas hidupnya.
·
Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada
anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
·
Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga.
·
Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan
mendapatkan perawatan yang diperlukan rehabilitasi atau perawatan paliatif.
3.1.5
Unit Perawatan Kesehatan di Rumah
·
Pengelolah pelayanan
Merupakan individu, kelompok, ataupun organisasi yang
bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan pelayanan kesehatan rumah baik
penyediaan tenaga, sarana dan peralatan, serta mekanisme pelayanan sesuai
standart yang ditetapkan.
·
Pelaksana pelayanan
Merupakan tenaga keperawatan professional bekerja sama
dengan tenaga professional lain terkait dan tenaga non-profesional. Pelaksana
pelayanan terdiri atas coordinator kasus dan pelaksana pelayanan.
·
Klien
Merupakan penerima perawatan kesehatan di rumah dengan
melibatkan salah satu anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili
klien. Apabila diperlukan keluarga dapat menunjuk seseorang yang akan menjadi
pengasuh yang melayani kebutuhan sehari-hari klien.
3.1.6
Mekanisme Perawatan di Rumah (Home
Care)
Pasien/
klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan
dari klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun puskesmas, namun
pasien/ klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah
atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan. Mekanisme yang
harus di lakukan adalah sebagai berikut:
· Pasien /
klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk di rawat di rumah atau
tidak.
· Selanjutnya
apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka di
lakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola
atau agensi perawatan kesehatan dirumah, kemudian bersama-sama klien dan
keluarga, akan menentukan masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat
keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh
klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan jenis
sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
· Selanjutnya
klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah baik
dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh
pengelola perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh
koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana
pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
· Secara
periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan
perawatan dirumah :
· Mempunyai
keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping bagi
klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
· Bersedia
menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent)
· Bersedia
melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk
memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
3.1.7
Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mandiri
meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan keperawatan neonantal, asuhan
keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan keperawatan maternitas,
asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
·
Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi
pengkajian bio- psiko- sosio- spiritual dengan pemeriksaan fisik secara
langsung, melakukan observasi, dan wawancara langsung, menentukan masalah
keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan yang
memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan
pelimpahan wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan dan melakukan evaluasi.
·
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan
kepada klien, dokumentasi ini diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan
tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai bukti untuk jasa pelayanan
kepertawatan yang diberikan.
·
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik
dilakukan secara berkelompok.
·
Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi
kebutuhan asuhan keperawatan klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak
lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang klien dapatkan sesuai dengan
standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan /asuhan yang
diterima oleh klien.
·
Menentukan frekwensi dan lamanya keperawatan kesehatan di
rumah dilakukan, mencangkup berapa sering dan berapa lama kunjungan harus di
lakukan.
Ruang
Lingkup Home Care, yaitu:
a.
Memberi asuhan keperawatan secara komprehensif
b.
Melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya.
c.
Mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah juga
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2.
Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3.
Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4.
Pelayanan informasi dan rujukan
5.
Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6.
Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7.
Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani
pada perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca
perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di
komunitas.Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
a.
Klien dengan penyakit gagal jantung,
b.
Klien dengan gangguan oksigenasi,
c.
Klien dengan perlukaan kronis,
d.
Klien dengan diabetes,
e.
Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
f.
Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
g.
Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
h.
Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
i.
Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
1.
Klien dengan post partum,
2.
Klien dengan gangguan kesehatan mental,
3.
Klien dengan kondisi usia lanjut,
4.
Klien dengan kondisi terminal.
5.
Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis.
3.1.8 Manfaat Perawatan Kesehatan di Rumah (Home
Care)
Manfaat
untuk keluarga.
·
Biaya kesehatan akan lebih terkendali
·
Mempererat ikatan keluarga karena dapat berdekatan dengan
anggota keluarga yang lain saat sakit
·
Merasa lebih nyaman karena berada di rumah sendiri
Manfaat
untuk perawat
·
Memberikan variasi lingkungan kerja sehingga tidak jenuh
dengan lingkungan yang sama.
·
Dapat mengenal lingkungan dan klien dengan baik sehingga
pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien.
3.1.9
Tahap-Tahap Perawatan Kesehatan di Rumah (Home
Care)
·
Fase persiapan :
Pada Fase pertama ini,perawat mendapatkan data tentang
keluarga yang akan dikunjungi dari Puskesmas atau Ibu Kader.Perawat perlu
membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang akan dilakukan.Kontrak waktu
kunjungan perlu
dilakukan pada fase ini.
·
Fase Inisiasi (perkenalan)
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama
fase ini,perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana
keluarga menanggapi
suatu masalah kesehatan.
·
Fase implementasi
Pada Fase ini,Perawat melakukan pengkajian dan perencanaan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dimiliki oleh klien dan keluarga.
Lakukan intervensi sesuai rencana. Eksplorasi Nilai-nilai keluarga dan persepsi
keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai tingkat
Pendidikan Klien dan keluarga serta sediakan pula informasi tertulis.
·
Fase terminasi
Fase ini perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan
berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.Menyusun
rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sekarang di tangani dan
masalah kesehatan yang mungkin di alami oleh keluarga sangat penting dilakukan
pada fase terminasi.
·
Fase pasca kunjungan
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokomentasi
lengkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan
,dokumentasi tersebut harus memenuhi aspek lengkap(komplit),jelas(clear),dan
dapat dibaca(legible). Adapun cara untuk melakukan kunjungan yaitu angket, pertelepon, lewat email,Kunjungan.
3.1.10
Prinsip Home Care
§ Pengelolaan
home care dilaksanaka oleh perawat/ tim
§ Mengaplikasikan konsep sebagai dasar
mengambil keputusan dalam praktik.
§ Mengumpulan
data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
§ Menggunakan
data hasil pengkajian dalam menetakan diagnosa keperawatan.
§ Mengembangkan rencana keperawatan
didasarkan pada diagnosa keperawatan.
§ Memberi
pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
§ Mengevaluasi
respon pasien dan keluarganya dalam intervensi keperawatan
§ Bertanggung
jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen kasus.
§ Memelihara
dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
§ Mengembankan
kemampuan profesional.
§ Berpartisifasi pada kegiatan riset
untuk pengembangan home care.
§ Menggunakan
kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik keperawatan
3.1.11 Peran
dan Fungsi Perawat Home Care
A. Manajer
kasus: Mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan,dengan fungsi :
§ Mengidentifikasi
kebutuhan pasien dan keluarga.
§ Menyusun
rencana pelayanan.
§ Mengkoordinir
aktifitas tim
§ Memantau
kualitas pelayanan
B. Pelaksana:
memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan. dengan fungsi:
§ Melakukan
pengkajian komprehensif
§ Menetapkan
masalah
§ Menyusun
rencana keperawatan
§ Melakukan tindakan perawatan
§ Melakukan
observasi terhadap kondisi pasien.
§ Membantu pasien dalam mengembangkan
prilaku koping yang efektif.
§ Melibatkan
keluarga dalam pelayanan
§ Membimbing
semua anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan
§ Melakukan
evaluasi terhadap asuhan keperawatan.
§ Mendokumentasikan
asuhan keperawatan.
3.1.12
Kegiatan
Home Care
Manajemen Kasus Home Care
1) Melakukan
seleksi kasus
Ø Resiko
tinggi ( Bayi, balita, lansia, ibu maternal )
Ø Cidera tulang belakang cidera kepala
Ø Coma,
Diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat
Ø Stroke
Ø Amputasi
Ø Ketergantungan
obat
Ø Luka kronis.
Ø Disfungsi
kandung kemih
Ø Rehabilitasi
medic
Ø Nutrisi
melalui infuse
Ø Post partum dan masalah reproduksi
Ø Psikiatri
Ø Kekerasan
dalam rumah tangga
2)
Melakukan pengkajian kebutuhan
pasien.
Ø Kondisi
fisik
Ø Kondisi
psikologis
Ø Status
sosial ekonomi
Ø Pola prilaku
pasien
Ø Sumber-
sumber yang tersedia di keluarga pasien
3)
Membuat perencanaan pelayanan
Ø Membuat
rencana kunjungan
Ø Membuat
rencana tindakan
Ø Menyeleksi
sumber- sumber yang tersedia di keluarga / masyarakat.
4)
Melakukan koordinasi pelayanan
Ø Memberi
informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
Ø Membuat
perjanjian kepada pasien da keluarga tentang pelayanan
Ø Menkoordinasikan
kegiatan tim sesuai jadwal
Ø Melakukan rujukan pasien
5)
Melakukan pemantauan dan evaluasi
pelayanan.
Ø Memonitor
tindakan yang dilakukan oleh tim
Ø Menilai
hasil akhir pelayanan ( sembuh, rujuk, meninggal, menolak )
Ø Mengevaluasi
proses manajemen kasus
Ø Monitoring
dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
3.1.13
Tatalaksana Home Care
1.
Prasyarat Penyelenggara Home Care
Ketenagaan
a.
Manajer kasus, dengan kualifikasi:
· Minimal
D.III
· Pemegang
sertifikat pelatihan home care
· Pengalaman
kerja minimal 3 tahun
· Memiliki
SIP,SIK,SIPP
b.
Pelaksana pelayanan, dengan kwalifikasi :
· Minimal
D.III
· Pemegang
sertifikat pelatihan home care
· Pengalaman
kerja minimal 3 tahun
· Memiliki
SIP,SIK,SIPP
Alat/ sarana
a) Alat
kesehatan
·
Tas/ kit
· Pemeriksaan
fisik
· Set
perawatan luka
· Set
emergency
· Set
pemasangan selang lambung
· Set huknah
· Set
memandikan
· Set
pengambilan preparat
· Set pemeriksaan
lab. Sederhana
· Set infus/
injeksi
· Sterilisator
· Pot/ urinal
· Tiang infuse
· Tempat tidur
khusus orang sakit
· Pengisap
lender
· Perlengkapan
oxygen
· Kursi roda
· Tongkat/
tripot
· Perlak/ alat
tenun
b) Alat habis
pakai
· Obat
emergency
· Perawatan
luka
· Suntik/
pengamian darah
· Untuk infuse
· Pemasangan
selang lambung
· Huknah,
selang lambung, kateter
· Sarung
tangan, masker
3.1.14 Perizinan Home Care
1.
Berbadan hukum ( yayasan, badan hukum lainnya )
2.
Permohonan ijin ke Dinkes kabupaten/ Kota, dengan melampirkan:
·
Rekomendasi PPNI
·
Ijin prakik perawat ( SP, SIK, SIPP
)
·
Persyaratan peralatan kesehatan dan
sarana komunikasi dan transportasi
·
Ijin lokasi bangunan
·
Ijin lingkungan
·
Ijin usaha
·
Persyaratan tata ruang bangunan
3.2
Konsep Perawatan Keluarga
3.2.1 Definisi
Perawat Keluarga
Perawat keluarga adalah perawat yang
berperan membantu individu dan keluarga untuk menghadapi penyakit dan
disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu bekerja di rumah pasien dan
bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja perawat
bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Menurut
Neis dan Mc Ewen (2007) Family
nursing care may be focused on the individual family member, within the context
of the family, or the family unit. Regardless of the identified client, the
nurse establishes a relationship with each family member within the unit and
understands the influence of the unit on the individual and society.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada
anggota keluarga individu, dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas
dari identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing
anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan
masyarakat.
Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah
memiliki perhatian yang menyeluruh terhadap masalah kesehatan yang ditemukan
atau diidentifikasi dari keluarga tertentu atau sekelompok keluarga. Perawat kesehatan
masyarakat harus harus memiliki kemampuan klinik yang memadai dan bekerja sama
dengan klien yang ada di komunitas. Untuk dapat melakukan hubungan dengan
keluarga , perawat tidak perlu bertemu secara langsung dengan seluruh anggota
keluarga. Salah satu anggota keluarga dapat menjadi sumber informasi, tetapi
perawat juga harus menyadari adanya kemungkinan bahwa informasi yang diberikan
tersebut dipengaruhi oleh persepsi dari sumber. Perawat memerlukan waktu untuk
memperkenalkan diri pada keluarga, gunakan panggilan yang formal, kecuali jika
keluarga berkehendak lain. Sangat penting bagi perawat untuk berinteraksi
dengan sebanyak mungkin anggota keluarga.
Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di
europe yang merupakan praktek keperawatan termodern saat ini adalah :
·
Promoting and protecting people
health. Merupakan perubahan pradigma dari cure menjadi care melalui tindakan
preventif.
·
Mengurangi kejadian dan
penderitaan akibat penyakit .
3.2.2 Peran Perawat Keluarga
Perawat
keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan,
Friedmen menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi lima
fungsi dasar keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi,
ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat. Peran perawat dalam melakukan perawatan
keluarga antara lain sebagai berikut :
a.
Pendidik (Edukator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan
program asuhan kesehatan keluarga secara madiri dan bertanggung jawab terhadap
masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu didukung oleh kemampuan
memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar mengajar. Secara
umum tujuan proses pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku sehat atau
mengubah perilaku yang tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai
adalah untuk peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit serta membantu
keluarga untuk mengembangkan ketrampilan penyelesaian maslaah yang sedang
dialami atau dibutuhkan. Disamping hal-hal diatas perawat kesehatan keluarga
juga melakukan bimbingan antisipasif kepada keluarga, sehingga dapat terwujud
keluarga yang sejahtera, bertanggung jawab memberikan pendidikan keperawaatan
keluarga kepada sesame perawat dan tim kesehatan lain.
b.
Koordinator
Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik
keperawatan yang umum, menyeluruh, dan berkelanjutan dapat dilaksanakan jika
direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu
peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah
sakit memerlukan perawatan lanjutan dirumah, maka diperlukan koordinasi
lanjuatan asuhan keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari
berbagai disiplin pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam pelaksanaanya. Koordinasi diperlukan pada nperawatana
berkelanjutan agsr tercapai pelayanan yang komprehensif.
c.
Pelaksana perawatan dan
pengawas perawatan langsung
Kontak pertama perawat terhadap keluarga dapat melalui anggota
keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga, baik di
rumah, klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
perawatan langsung atau mengawasi keluarga memberikan perawatan terhadap
anggota yang di rumah sakit , perawat melakukan perawatan langsung atau
demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu
melakukanya di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga
untuk melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat
kesehatan masyarakat.
d.
Pengawas Kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk
mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e.
Konsultan atau Penasehat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Dengan demikian keluarga mau meminta
nasihat kepada perawat tentang masalah yang bersifat pribadi. Pada situasi ini
perawat sangat dipercaya sebagai narasumber untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga.
f.
Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal.
g.
Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di
masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan.
Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga.
Misalnya keluarga dengan social ekonomi lemah yang tidak mampu memenuhi
kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga mencari bantuan.
h.
Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga meningkatkan
derajat kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan
kesehatan karena berbagai kendala yang ada. Kendala yang sering dialami
keluarga adalah keraguan dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi
dan masalah social budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan
baik , maka perawat komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan
misalnya system riujukan dan dana sehat.
i.
Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan
penyakit atau wabah.
j.
Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan
yang sehat.
3.2.3
Intervensi Utama Perawat Keluarga
Empat intervensi utama perawat keluarga
dititikberatkan kepada pencegahan.
·
Primerà proaktif mencegah stessor, mempermudah mendapatkan fasilitas
kesehatan. Contoh : memberi pendkes untuk mencegah penyakit, menciptakan
suasana harmonis di keluarga.
·
Sekunderà screening, vaksinasi, deteksi awal timbulnya penyakit.
·
Tersierà rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya ROM
bagi penderita stroke.
·
Direct careà bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem pendukung utama
untuk menyembuhkan
Empat tingkatan keluarga
Ø Family as context
1.
Fokus pada kesehatan individu
2.
Keluarga sebagai background
dari anggotanya
3.
Keluarga sebai support system
atau stressor terberat bagi anggota
4.
Individu / anggota keluarga
akan dikaji dan diintervensi
5.
Keluarga akan dilibatkan dalam
berbagai kesempatan
Ø Family as client
1.
Fokus pada seluruh anggota
keluarga
2.
Keluarga didefinisikan sebagai
kelompok atau keseluruhan dari anggota keluarga
3.
Keluarga merupakan penjumlahan
dari anggota-anggotanya
4.
Masalah kesehatan atau
keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan.
Ø Family as system
1.
Fokus masalah pada hubungan
antara anggota keluarga
2.
Fokus pengkajian dan intervensi
keperawatan adalah subsistem dalam keluarga
3.
Anggota-anggota keluarga
dipandang sebagai unit yang berinteraksi
4.
Fokus intervensi : mengenai
hubungan ibu anak, hub perkawinan, dll
Ø Family as component of society
1.
keperawatan.
2.
Fokus keluarga dengan individu
sebagai background
3.
Keluarga dipandang sebgai
interaksional system
4.
Fokus intervensi : dinamis
internal keluarga, hubungan dalam keluarga
5.
subsistem keluarga dengan
lingkungan luar.
3.3
Konsep Pondok Kesehatan Desa (PONKESDES)
3.3.1 Definisi Pondok
Kesehatan Desa
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang
berada di desa atau kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin
Desa (Polindes) sebagai jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan
bidan dalam rangka mendekatkan akses dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.
3.3.2 Visi Ponkesdes
"Terwujudnya Desa/Kelurahan Sehat Menuju Kecamatan
Sehat". Visi tersebut merupakan pengembangan dari visi Puskesmas yakni
terwujudnya kecamatan sehat. Gambaran dari desa/kelurahan sehat adalah kondisi
dimana suatu desa berada dalam lingkungan yang sehat masyarakatnya, berperilaku
hidup bersih dan sehat, serta mudah menjangkau dan dijangkau pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
3.3.3 Misi Ponkesdes :
Untuk mewujudkan visi tersebut di
atas, maka misi yang dilaksanakan adalah :
·
Menggerakkan masyarakat desa/kelurahan,agar menciptakan
lingkungan desa/kelurahan yang sehat
·
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di desa/kelurahan
·
Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar
di Ponkesdes
·
Memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan,keluarga,masyarakat desa/kelurahan.
3.3.4 Tujuan Ponkesdes
Tujuan Ponkesdes adalah meningkatkan akses pelayanan
kesehatan serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di desa/kelurahan agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang setingi-tingginya.
BAB 1V
PENUTUP
4.1
Simpulan
Menurut
Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga
di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit.
Perawat keluarga
adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk menghadapi
penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu bekerja di
rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan pada
kinerja perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana
pelayanan kesehatan yang berada di desa atau kelurahan yang merupakan
pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai jaringan Puskesmas
dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan akses dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
4.2
Saran
Perawat dapat
memilih dari dan menggunakan berbagai metode, materi, dan media untuk mendukung
kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Sumber daya tersebut harus ditinjau dan
di evaluasi
untuk kesesuaian mereka untuk kelompok sasaran yang dituju. Kunci untuk
memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat yang merangkul gagasan
bahwa pendidikan kesehatan adalah proses interaktif akan dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal banyak. Untuk
rekan sejawat mengetahui trend issue
keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia dan dunia
diantaranya home care, home health care, perawat
keluarga, pondok kesehatan desa (ponkesdes).